Seorang pria di New Jersey meninggal karena alergi daging langka dan semakin umum yang dipicu oleh gigitan kutu, menandai kasus fatal sindrom alfa-gal pertama yang terdokumentasikan. Kasus ini menyoroti meningkatnya kekhawatiran kesehatan masyarakat karena kutu yang bertanggung jawab menyebarkan alergi memperluas wilayah mereka, dan kesadaran di kalangan pasien dan dokter masih terbatas.

Kasus: Reaksi Tertunda

Pria berusia 47 tahun itu pingsan empat jam setelah makan hamburger di barbeque, meski tidak menunjukkan tanda-tanda reaksi alergi. Paramedis dan putranya mencoba melakukan resusitasi, namun dia dinyatakan meninggal di rumah sakit malam itu juga. Otopsi awal gagal mengidentifikasi anafilaksis, dan pada awalnya menyebut kematian tersebut sebagai “mendadak dan tidak dapat dijelaskan”.

Istri pria tersebut, yang mencurigai adanya hubungan, meminta pendapat kedua dari Dr. Erin McFeely, yang mengangkat kemungkinan sindrom alpha-gal. Analisis lebih lanjut di Universitas Virginia (UVA) mengkonfirmasi adanya antibodi alfa-gal dan tingkat tryptase yang sangat tinggi, suatu enzim yang dilepaskan selama reaksi alergi yang parah.

Apa itu Sindrom Alfa-Gal?

Sindrom alfa-gal adalah hipersensitivitas tertunda terhadap alfa-gal, molekul gula yang ditemukan pada sebagian besar mamalia namun tidak pada manusia. Gigitan kutu, terutama kutu bintang tunggal ( Amblyomma americanum ), dapat memasukkan gula ini ke dalam aliran darah, sehingga memicu respons imun. Konsumsi daging mamalia selanjutnya – daging sapi, babi, domba, daging rusa – kemudian memicu reaksi alergi.

Gejalanya dapat berkisar dari gangguan pencernaan ringan hingga anafilaksis yang mengancam jiwa, termasuk kesulitan bernapas, pusing, dan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba. Onset yang tertunda – seringkali beberapa jam setelah konsumsi – dapat membuat diagnosis menjadi sulit, karena pasien mungkin tidak menghubungkan reaksinya dengan makanan yang mereka makan.

Meningkatnya Prevalensi dan Ekspansi Geografis

Kasus ini menggarisbawahi meningkatnya masalah kesehatan masyarakat. Kutu bintang tunggal, vektor utama sindrom alfa-gal di A.S., memperluas jangkauannya ke utara karena perubahan iklim dan peningkatan populasi rusa. Rusa ekor putih menjadi inang utama bagi kutu ini, dan jumlah mereka yang meningkat pesat di negara bagian seperti New Jersey berkontribusi terhadap penyebarannya.

Mengapa Kesadaran Itu Penting

Kasus pria ini menyoroti perlunya kesadaran yang lebih besar baik di kalangan masyarakat maupun penyedia layanan kesehatan. Otopsi awal gagal mengidentifikasi anafilaksis, dan pasien sendiri tidak mengenali episode pertama gangguan gastrointestinal sebagai reaksi alergi yang parah. Pengenalan yang tertunda ini menyebabkan dia mengonsumsi burger lagi dua minggu kemudian, yang mengakibatkan syok anafilaksis yang fatal.

Poin Penting

  • Sindrom Alpha-gal adalah masalah kesehatan yang meningkat terkait dengan gigitan kutu.
  • Reaksi yang tertunda membuat diagnosis menjadi sulit.
  • Peningkatan populasi kutu dan perluasan jangkauan berkontribusi terhadap penyebaran.
  • Kesadaran yang lebih besar sangat penting untuk deteksi dini dan pencegahan.

Kasus ini menjadi pengingat akan bahaya tersembunyi yang mengintai dari gigitan kutu, dan pentingnya mengenali tanda-tanda halus sindrom alpha-gal sebelum menjadi ancaman fatal.